Minyak dalam makanan menjadi
salah satu sumber energi padat kalori yang dibutuhkan tubuh, tetapi sekaligus sumber penyakit karena tinggi
kolesterol. Tak heran, dengan alasan kesehatan, makin banyak orang memilih santapan
bakar atau rebus, tanpa digoreng.
Hal tersebut dibenarkan
spesialis gizi dari Hang Lekiu Medical
Center dr Inayah Budiasti S SpGk. Menurut dr Inayah, minyak
berfungsi dalam metabolisme tubuh sebagai wahana pengangkut vitamin larut lemak
yaitu vitamin A, D, E,dan K. ”Selain
itu, minyak
juga merupakan salah satu sumber asal lemak esensial, yaitu omega 3, 6 dan
9 serta merupakan bahan baku untuk imunitas tubuh,” demikian kata
Inayah, juga bahwa minyak tersusun atas unit-unit asam lemak yang
berbeda. Proporsi
campuran asam-asam lemak tersebut menyebabkan adanya perbedaan di antara
minyak, seperti sehat, netral, atau membahayakan kesehatan.
Secara umum terdapat tiga
jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh atau sattured fatty acid, asam lemak tidak jenuh tunggal atau monounsatured fatty acid yang disingkat MUFA, serta asam lemak tidak jenuh ganda
atau polyunsaturated acid yang biasa
disebut PUFA.
”Minyak zaitun tergolong dalam lemak tak jenuh tunggal dan
kaya asam lemak oleat atau omega 9” kata Inayah. ”Sehingga
memiliki sifat antilipida.” Artinya, kandungan lemak jenis ini mampu
menurunkan kadar kolesterol jahat
yaitu low dencity lipoprotein (LDL)
dan pada saat yang bersamaan mampu menaikkan kadar high density lipoprotein yang dikenal
sebagai kolesterol baik.
”Oleh karena itu, minyak ini dinyatakan baik untuk kesehatan
jantung,” demikian dr
Inayah. Hingga kini, penyakit kardiovaskular yaitu jantung dan pembuluh darah
masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini berkaitan dengan tingginya kadar
kolesterol jahat atau LDL di
dalam darah. ”LDL punya andil membentuk
penumpukan plak pada pembuluh darah, membuat pembuluh darah menyempit bahkan
tersumbat, sehingga aliran darah tidak lancar. Inilah yang memicu terjadinya stroke dan serangan jantung,” papar spesialis gizi yang juga praktik di
Rumah Sakit Jakarta ini. Inayah mengutarakan, bahwa cara untuk mencegah penyakit
kardiovaskular adalah dengan mengubah pola makan yang memicu kenaikan LDL dan
menurunkan HDL.
Konsumsi minyak zaitun secara teratur merupakan salah satu
pilihan yang dapat dilakukan.
Secara terpisah, pakar bio kimia
pangan dan gizi Universitas Negeri Jakarta Dr Ir Alsuhendra MSci mengatakan,
tingginya kandungan asam lemak tak jenuh pada minyak zaitun khususnya asam
lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal yang di dalamnya terdapat asam
oleat atau omega 9 dan juga asam linoleat atau omega 6, yakni mencapai 65-85%, membuat minyak zaitun banyak digunakan di
bidang kesehatan. Lebih jauh, alumnus
Institut Pertanian Bogor ini menyebutkan asam lemak tak jenuh dengan ikatan
rangkap tunggal ternyata memiliki keunggulan, yakni lebih sulit teroksidasi.
Dengan sifat tersebut, jika dioleskan ke kulit, akan melindunginya dari sinar
matahari dan tidak akan terpicu menjadi kanker atau tumor.
(Sumber :
Koran Sindo)